Ky. Hajj Shiddiq sebagai putra terakhir telah mewarisi amanah perjuangan dari ayahandanya (mbah Muharrom). Didikan orang tua yang begitu keras rupanya begitu membekas di jiwanya, sehingga ia terdorong untuk meneruskan kembali membina masyarakat yang lebih Islami. Sebagai bentuk kepeduliannya kepada masyarakat Kyai Siddiq kemudian mendirikan tajug*, sebuah gubuk sederhana sebagai basis syiar Islam dan majlis ta’lim untuk kegiatan keagamaan. Dengan didirikannya tajug ini banyak orang-orang yang tertarik untuk belajar dan menimba ilmu agama kepada Kyai Shiddiq, sampai-sampai yang datang dari jauhpun tak segan menetap beberapa waktu di tajug beliau. Lambat laun tajug Kyai. Shiddiq pun semakin ramai dikunjungi, karena bayaknya pencari ilmu yang datang, kemudian daerah sekitar tempat tinggal ky.shidiq itu terkenal dengan nama blok Pesantren. Hingga saat ini nama tersebut masih tetap melekat dan menjadi nama Dusun di wilayah Sedong. Sayangnya belum ada lagi penerus untuk melanjutkan kiprah ky Shiddiq ini, nama blok pesantren hanya tinggal nama hampir tidak ada lagi atmosfir keagamaan yang dirasakan. Tidak ada lagi santri yang hilir-mudik memakai sarung dan kopiyah, dan tidak tampak pula kegiatan belajar dan mengaji kitab-kitab kuning, apalagi gemuruh suara dzikir jamaah sudah tidak lagi terdengar.
Mbah Haji Shidik hanyalah orang
biasa, adanya keistimewaan dari diri beliau karena beliau telah berusaha dan
belajar agar menjadi istimewa di hadapan Allah. Dan sudahkah kita berusaha
untuk menjadi seperti beliau???
Ky. Haji Shidiq
di kenal sebagai ahli tassawuf yang mampu mengaplikasikan ilmunya dalam
kehidupan sehari-hari. Kecintaan/mahabah kepada Allah diimbangi dengan
kecintaannya kepada sesama manusia bahkan ke semua makhluk ciptaan Allah.
Menurut cerita suatu hari Ky Shidiq hendak menggarap sawah, kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari setelah memberikan pengajian kepada santri-santrinya di
Tajug. Sebelum menginjakan kakinya ke pematang sawah, beliau melihat ada
beberapa kepiting dan katak sawah di lahan yang akan di garap. Disini beliau
tunjukan mahabbahnya kepada sesama makhluk ciptaan Allah. Kepiting dan katak
sawah satu persatu beliau kumpulkan kemudian memindahkannya ke sungai dan
membiarkan mereka hidup bebas. Bila tetap membiarkan berada di sawah di
takutkan terkena sabetan cangkul beliau. Kezuhudan yang luar biasa yang
dimiliki ky. Shidik, hanya orang-orang yang mendalami tassawuf yang memiliki
mahabbah luar biasa. Semoga menjadi tauladan bagi anak cucu beliau.
Beberapa
kerabatpun sering sekali menyaksikan sesuatu diluar nalar manusia dari diri
mbah haji Shidik, karomah yang muncul diantaranya ketika keluarga Cirebon
hendak berkunjung ke salah satu keluarga yang berada di Bumiayu Jawa Tengah.
Rombongan yang menggunakan kendaraan telah bersiap diri berangkat ketempat
tujuan, tetapi saat itu Mbah Haji Shidik sedang melakukan satu hal yang tidak
bisa ditinggalkan dan akhirnya Mbah Haji Shidik terpaksa tidak bisa ikut
bersama rombongan tersebut. Berangkatlah robongan dan meninggalkan Mbah Haji Shidik
di rumah. Namun Setelah Rombongan sampai di tempat tujuan tidak disangka Mbah
Haji Shidik sudah sampai duluan. Ketika ditanya Mbah Haji Shidik mengendarai
apa, beliaupun menjawab “Mbah jalan menyusuri rel kereta api”.
Semoga sekelumit
cerita Mbah Haji Shidik ini bukan hanya sekedar menjadi kembanggaan tersendiri
oleh anak cucunya, sehingga menjadikan kita takabur merasa memiliki orang tua
yang cukup alim. tetapi jadikan ini sebagai tauladan agar kita lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Lebih mendalami agama dan meninggalkan
kemaksiatan. Innal fata man yaquluu ha anadaa, walaysal fata man yaquuluu kaana
abi..(sesungguhnya seorang pemuda yang “alim, sholeh, tangguh” adalah yang
mengatakan inilah saya, dan bukanlah seorang pemuda yang hanya mengagungkan
orang tua nya yang dulu begini dan begitu
0 komentar:
Posting Komentar