Jumat, 28 Maret 2014

K.H SHIDDIK ASSIRBONI (anak terakhir dari mbah Muharom)

     

                  Ky. Hajj Shiddiq sebagai putra terakhir telah mewarisi amanah perjuangan dari ayahandanya (mbah Muharrom). Didikan orang tua yang begitu keras rupanya begitu membekas di jiwanya, sehingga ia terdorong untuk meneruskan kembali membina masyarakat yang lebih Islami. Sebagai bentuk kepeduliannya kepada masyarakat Kyai Siddiq kemudian mendirikan tajug*, sebuah gubuk sederhana sebagai basis syiar Islam dan majlis ta’lim untuk kegiatan keagamaan. Dengan didirikannya tajug ini banyak orang-orang yang tertarik untuk belajar dan menimba ilmu agama kepada Kyai Shiddiq, sampai-sampai yang datang dari jauhpun tak segan menetap beberapa waktu di tajug beliau. Lambat laun tajug Kyai. Shiddiq pun semakin ramai dikunjungi, karena bayaknya pencari ilmu yang datang, kemudian daerah sekitar tempat tinggal ky.shidiq itu terkenal dengan nama blok Pesantren. Hingga saat ini nama tersebut masih tetap melekat dan menjadi nama Dusun di wilayah Sedong. Sayangnya belum ada lagi penerus untuk melanjutkan kiprah ky Shiddiq ini, nama blok pesantren hanya tinggal nama hampir tidak ada lagi atmosfir keagamaan yang dirasakan. Tidak ada lagi santri yang hilir-mudik memakai sarung dan kopiyah, dan tidak tampak pula kegiatan belajar dan mengaji kitab-kitab kuning, apalagi gemuruh suara dzikir jamaah sudah tidak lagi terdengar.

Mbah Haji Shidik hanyalah orang biasa, adanya keistimewaan dari diri beliau karena beliau telah berusaha dan belajar agar menjadi istimewa di hadapan Allah. Dan sudahkah kita berusaha untuk menjadi seperti beliau???    
Ky. Haji Shidiq di kenal sebagai ahli tassawuf yang mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan/mahabah kepada Allah diimbangi dengan kecintaannya kepada sesama manusia bahkan ke semua makhluk ciptaan Allah. Menurut cerita suatu hari Ky Shidiq hendak menggarap sawah, kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari setelah memberikan pengajian kepada santri-santrinya di Tajug. Sebelum menginjakan kakinya ke pematang sawah, beliau melihat ada beberapa kepiting dan katak sawah di lahan yang akan di garap. Disini beliau tunjukan mahabbahnya kepada sesama makhluk ciptaan Allah. Kepiting dan katak sawah satu persatu beliau kumpulkan kemudian memindahkannya ke sungai dan membiarkan mereka hidup bebas. Bila tetap membiarkan berada di sawah di takutkan terkena sabetan cangkul beliau. Kezuhudan yang luar biasa yang dimiliki ky. Shidik, hanya orang-orang yang mendalami tassawuf yang memiliki mahabbah luar biasa. Semoga menjadi tauladan bagi anak cucu beliau.
Beberapa kerabatpun sering sekali menyaksikan sesuatu diluar nalar manusia dari diri mbah haji Shidik, karomah yang muncul diantaranya ketika keluarga Cirebon hendak berkunjung ke salah satu keluarga yang berada di Bumiayu Jawa Tengah. Rombongan yang menggunakan kendaraan telah bersiap diri berangkat ketempat tujuan, tetapi saat itu Mbah Haji Shidik sedang melakukan satu hal yang tidak bisa ditinggalkan dan akhirnya Mbah Haji Shidik terpaksa tidak bisa ikut bersama rombongan tersebut. Berangkatlah robongan dan meninggalkan Mbah Haji Shidik di rumah. Namun Setelah Rombongan sampai di tempat tujuan tidak disangka Mbah Haji Shidik sudah sampai duluan. Ketika ditanya Mbah Haji Shidik mengendarai apa, beliaupun menjawab “Mbah jalan menyusuri rel kereta api”.
Semoga sekelumit cerita Mbah Haji Shidik ini bukan hanya sekedar menjadi kembanggaan tersendiri oleh anak cucunya, sehingga menjadikan kita takabur merasa memiliki orang tua yang cukup alim. tetapi jadikan ini sebagai tauladan agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lebih mendalami agama dan meninggalkan kemaksiatan. Innal fata man yaquluu ha anadaa, walaysal fata man yaquuluu kaana abi..(sesungguhnya seorang pemuda yang “alim, sholeh, tangguh” adalah yang mengatakan inilah saya, dan bukanlah seorang pemuda yang hanya mengagungkan orang tua nya yang dulu begini dan begitu


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More